Salmon telah lama terkenal sebagai ikan pancing dan ikan konsumsi. Ia mempunyai perilaku yang unik, bersifat anadromus, artinya melakukan migrasi dari laut ke hulu sungai tempat kelahirannya untuk berkembang biak. Salmon terdiri dari 2 genus, yaitu genus Salmo dan Onchorhynchus. Genus salmo hidup di lautan Atlantik Utara dan bertelur di sungai-sungai Eropa serta Amerika Utara. Sedangkan Onhorhynchus lebih banyak ditemukan di Pasifik Utara. Kedua genus ini berbeda pada lama hidupnya. Salmon asal Atlantik bisa tiga kalli bertelur baru kemudian mati, sebaliknya salmon Pasifik hanya sekali bertelur lalu mati.
Sebagai ikan konsumsi, salmon sangat digemari masyarakat eropa dan amerika, karena rasa dagingnya yang enak. Namun saying ikan ini tidak terdapat di Indonesia yang beriklim tropis. Untuk menikmatinya, masyarakat Indonesia hanya bias mengandalkan dari impor, terutama salmon alaska dan norwegia.
Mengandung Omega 3
Di samping rasanya sangat enak, berdasarkan penelitian salmon termasuk ikan yang mengandung asam lemak tak jenuh Omega 3 terbesar di antara ikan-ikan laut lain. Kandungan omega 3-nya mencapai 20% lebih tinggi dibanding ikan lainnya. Omega 3 terdiri dari asam linoleat, asam dokosaheksanoat (DHA), dan asam eikosapentanoat (EPA). Ketiganya berfungsi menekan kadar kolesterol ‘jahat’ (LDL) dan trigliserida dalam darah, serta sebaliknya meningkatkan kolesterol ‘baik’ (HDL).
Kadar kolesterol LDL yang normal tak lebih dari 150 mg/dl, sedangkan kolesterol HDL 35-65 mg/dl. Bila kadar LDL-nya meningkat, kolesterol akan menggumpal di dinding pembuluh darah sehingga terjadi penyumbatan. Akibatnya orang bisa menderita penyakit jantung koroner. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan mengkonsumsi ikan salmon, baik daging ataupun minyaknya.
Minyaknya Lebih Praktis
Di Indonesia ikan salmon termasuk menu yang mewah. Karna tingginya harga ikan salmon sehingga tidak semua orang bisa menjangkaunya. Padahal setiap orang menginginkan pembuluh darahnya tidak tersumbat kolesterol. Karenanya, belakangan ini orang mencari alternatif yang lebih praktis dengan mengkonsumsi minyaknya.
Minyak salmon yang sekarang beredar di pasaran dibuat dari ikan salmon muda jenis terbesar, yaitu Chinook salmon (O. tshawytscha). Di alam si Chinook ini terdistribusi dari California hingga Alaska dan Pasifik barat bagian selatan sampai ke Cina. Ia mempunyai tubuh memanjang, 60-120 cm, berwarna perak dengan bintik-bintik hitam, dan bobotnya mencapai 45 kg. setelah ‘diperas’, minyaknya dikemas dalam bentuk softgel. Minyak salmon ini sangat mudah dibedakan dengan minyak ikan lain, yakni warnanya kuning kecoklatan.
Menurut hasil studi Dr. William Connor di Oregon, Amerika Serikat, orang sehat yang melakukan diet 10 hari dengan menu ikan salmon, kadar kolesterolnya turun sebanyak 17%. Sedangkan pada penderita kolesterol penurunanya sampai 20%. Penurunan kadar kolesterol ini berkat kasiat minyak ikan salmon. Dengan demikian jelaslah konsumsi salmon sanggup ‘memerangi’ kolesterol secara alami. Namun alasan ekonomis dan efisiensi membuat orang lebih banyak memilih softgel-nya ketimbang daging salmonnya.
Sumber :
Majalah Trubus 289 – TH. XXIV- DESEMBER 1993.
nahhh...kalo ikan salmon q suka banget nih... DHA-nya tinggi...jadi biar aku tambah pinter kali ya...hehehehe...sip inpo gizinya ning sweet
ReplyDelete@Kang Farhan: aku juga suka, tapi udah lama ga makan ikan Salmon kerena mahal dan sulit dapetinnya.
ReplyDeletekaya akan gizi dan vitamin untuk otak,ini sangat bagus untuk di konsumsi..
ReplyDeleteikan yang banyak mengadung vitamin mem buat otak jdi tambah pinter
ReplyDelete