Blog Dream of Love berisikan tentang Cinta, Informasi, Artikel keluarga dan Berita aktual terkini
Showing posts with label Pengarang Buku. Show all posts
Showing posts with label Pengarang Buku. Show all posts

Membangun Keharmonisan Rumah Tangga




Salah satu buku favorite saya adalah buku Psikologi Suami Istri , karya dari DR. Thariq Kamal An Nu'aimi.  Buku itu saya beli di toko buku di Kawasan Taman Pintar Yogyakarta pada tahun 2010.   Buku ini terdiri dari 702 halaman dan design covernya cukup menarik.  Rasanya sayang jika ada ilmu dan pengetahuan baru untuk saya lewatkan begitu saja.

Seratus halaman pertama saya baca dengan susah payah, karena saya teramat jenuh dan bosan membaca pembahasan yang bagi saya berulang-ulang dan bertele-tele. Memang ada beberapa tipe penulis yang seperti itu. Namun memang bukan salah si penulis, karena memang kadang saya merasa memiliki energi lebih untuk memikirkan atau melakukan sesuatu sehingga sering irama saya tidak sama dengan orang lain, dengan penulis buku yang saya baca atau dengan partner aktivitas. Hal ini kadang menjadi sumber kejengkelan saya karena menuduh orang lain terlalu lambat dan sebagainya.

Kembali ke irama buku, akhirnya saya memutuskan untuk membaca cepat. Baru sekali ini saya lakukan karena terkadang dalam buku-buku yang membosankan pun terselip sesuatu yang penting dan sangat mungkin untuk terlewat jika saya membaca cepat. Apa daya, banyak buku dan artikel lain yang juga menunggu untuk saya baca. Buku ini sedikit lebih komplit dari pada Men Are From Mars, Women Are From Venus yang juga pernah saya baca. 

Pelajaran pertama yang saya dapat, wanita menebarkan cinta, kedamaian, kebahagiaan dan kasih sayang saat berada di luar rumah dan mengistirahatkan pikiran dengan banyak berbicara saat di rumah. Saat berbicara wanita sering menggunakan prolog kesana-kemari yang bagi pria tidak ada hubungannya dengan persoalan inti.

Sementar saat keluar dari rumah, pria berada pada dunia perang dan persaingan yang menempatkan dia pada dua pilihan; di atas atau di bawah, menguasai atau dikuasai. Saat kembali ke rumah, energinya telah banyak habis sehingga dia memilih banyak menghabiskan waktu untuk diam dan aktifitas ringan seperti membaca koran dan menonton televisi. Bagaimana jika makhluk ini tinggal dalam satu atap? Bayangkan saja sendiri. Sering sekali kita mendengar keluhan seorang suami, “istriku cerewet sekali,” padahal orang-orang melihat sang istri tampak pendiam sepanjang bersama mereka.

Pelajaran kedua, dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup, seorang wanita membutuhkan sebuah pengungkapan sebagai muara. Ada rasa mengganjal yang mengganggu jika semua hal dia simpan sendiri. Saat berumah tangga, mungkin dia akan banyak berbicara yang terdengar sebagai keluhan, tuduhan atau ketidak percayaan di telinga pria, yang tidak lain adalah suaminya. “Mas, sudah beberapa bulan ini kita selalu kekurangan uang belanja,” yang terdengar ditelinga suaminya, “kamu tidak bertanggung jawab terhadap keadaan keluargamu.”

Laki-laki dan perempuan dibesarkan dalam dunia yang berbeda. Sejak kecil perempuan terbiasa dan menyukai permainan sosial seperti pasar-pasaran, mini-minian dan sebagainya. Sementara pria menyukai permainan kelompok atau persaingan dimana terdapat pemimpin dan anak buah, pemenang dan pecundang. Dengan hanya mengungkapkan, wanita akan merasa separuh masalah telah selesai. Komentar atau masukan dari seorang pria kebanyakan malah akan mengganggunya, karena bukan tanggapan seperti itu yang dia inginkan.

Di lain pihak, pria juga merasa terganggu karena saat istirahatnya terusik oleh seorang istri yang menuntut perhatiannya. Sementara itu, dalam menyelesaikan persoalan keluarga pria banyak berpikir dan bekerja sendiri. Di matanya, dia adalah seorang pemimpin dan hero bagi keluarganya. Selayaknya jika permasalahan itu dia selesaikan sendiri dan menghindarkannya dari campur tangan orang lain. Hal ini malah membuat pria terkesan sibuk sendiri dan tidak peduli di mata wanita. 

Setelah sekian lama berumah tangga, mungkin satu-dua bulan atau beberapa bulan, seorang pria akan merasa jenuh ketika setiap hari, tujuh hari seminggu selalu bersama dengan seseorang yang membersamai hidupnya. Inilah masa untuk bertapa atau masuk kedalam goa, begitu beberapa pakar menyebut. Saat-saat ini suami membutuhkan sebuah kesendirian untuk memperbaharui perasaannya, bahkan dia akan merasa terusik dengan kehadiran seseorang yang dia cintai. Istri yang tidak mengerti akan merasa heran dengan perubahan sang suami, “Apakah dia sudah tidak mencintaiku lagi?

Saat “kembali” suami telah memiliki energi dan kasih sayang baru untuk dicurahkan. Dia mendambakan kembali kedekatan seperti semula, atau bahkan lebih. Sayangnya, wanita itu masih terluka dengan sikap menghindar suaminya sehingga dia malah menjauh. Silahkan tebak bagaimana kelanjutan ceritanya. Saat bertapa ini akan selalu muncul dan memiliki irama waktu tersendiri. Istripun memiliki masa dimana dia akan surut, seperti gelombang di lautan, dan akan kembali seperti semula pada saatnya. Begitu penulis mengumpamakan seorang wanita. Sementara masa bertapa pria membuat karakternya seperti karet. Jika ditarik akan memanjang, menjauh sampai pada batasnya tidak dapat ditarik lagi. Kemudian akan kembali dengan cepat saat dilepas. Terlalu mengikat dan posesif memang bukan sebuah ungkapan cinta yang tepat. Kedua belah pihak, pasti masih ingin menjadi dirinya sendiri. Karena itu, Antum salah memilih pasangan jika menginginkan dia untuk berubah. Ini pelajaran ketiga yang saya dapat.

Pelajaran ketiga, bagaimana cara meminta tolong yang tepat? Kebanyakan lebih kepada istri yang meminta tolong kepada suaminya. Mayoritas, seorang istri menjadi pekerja penuh cinta dirumahnya sendiri selama nyaris 24 jam. Mengurus anak, memasak, membersihkan rumah dan lainnya yang membuatnya seperti kehilangan waktu. Kadangkala, dia membutuhkan bantuan suami untuk pekerjaan-pekerjaan ringan. “Sayang, bisakah kau pindahkan sampah di teras ke bak depan?”, suara seorang perempuan dari arah dapur. Sang suami yang sedang mengerjakan sesuatu, tapi tidak mendesak, menyahut, “Ya…”. Sampai satu jam kemudian sampah itu belum berpindah tempat. “Bisakah kau jemput anak-anak dua jam lagi?” pinta seorang istri di ujung telepon. Dengan penuh rasa dongkol, dalam hati mungkin suami akan menjawab, “Tidak bisa!” meski dia tidak memiliki kesibukan apapun. Para suami mungkin bisa membantu menjawab kenapa begitu?

Dalam buku disebutkan, pria membutuhkan rasa penghormatan, penghargaan, perasaan dibutuhkan. Kata “bisakah” seolah melibas sebagian dari kebutuhan pria tersebut. Seakan selama ini pria tidak peduli dengan urusan keluarganya sehingga kalimat bernada sangsi itu muncul. Seolah-olah pria adalah makhluk lemah yang patut diragukan atau bahkan tidak bisa melakukan sesuatu seperti membuang sampah dan menjemput anak-anak. Permintaan bantuan dengan nada perintah juga tidak akan berhasil, karena menempatkan pria secara inferior. Cara terbaik yang diusulkan, misalnya “Ayah, tolong ambilkan buku resep di rak ya….”, dan jangan lupa ucapkan terimakasih karena suami sudah berkenan membantu kita.

Sebenarnya masih banyak ilmu dan pelajaran yang bisa saya sampaikan, misalnya kehidupan seksual suami-istri dan lain-lain. Untuk hal tersebut akan saya bahas di postingan yang lain. Terimakasih.

Ini lho bukunya:



Buku bermakna, La Tahzan Jangan Bersedih


Setiap makhluk hidup pastinya pernah mengalami masalah dalam hidupnya. Demikian aku dan teman-teman semua, pasti pernah mengalaminya. Sebagian besar manusia , pada saat cobaan itu datang, maka ia  akan merasakan kesedihan melanda jiwanya.


La Tahzan...jangan bersedih.
Buku karangan Dr. 'Aidh al-Qarni setebal 567 halaman ini bagus banget isinya.
Bisa jadi penyemangat saat sedang dirundung kesedihan.
Tiap kata yang disusun menjadi kalimat, sangat indah dan menyejukkan batin....
ingin rasanya mengulang dan mengulang tiap kalimat yang telah selesai dibaca agar dapat merasuk ke dalam jiwa...
Jiwa, kalbu, nurani dan pikiran kita menjadi tercerahkan.


Berbeda dengan buku-buku self-help (like chicken soup... atau buku-buku semacamnya),
La Tahzan penuh dengan nuansa rabbani yang sangat menyejukkan hati tanpa mengesampingkan sisi-sisi duniawi. Kita seakan diajak untuk menatap dunia ini dengan pandangan yang seimbang. Kita diajak untuk idealis dengan tetap realistis sesuai kondisi zaman dimana kita berada.... menjadi duniawi dan ukhrawi sekaligus.


La Tahzan... jangan bersedih,
menunjukkan bagaimana kita harus meniti jalan kehidupan dan membangun kehidupan yang lebih bahagia... dengan penuh semangat tanpa dirisaukan oleh masa lalu yang telah lewat dan tidak dicemaskan oleh masa depan yang akan datang...


Terima kasih untuk Dr 'Aidh al-Qarni atas tulisannya yang sangat bermakna dan sangat bermanfaat...

And thanks to My Beloved Husband, ... for this book (i love u dear...) disaat yang tepat..
semoga Allah membalaskan ilmu dan kebaikan yang telah diberikan... Aamin Ya Robbal Alamin.





Berita Tentang Pengarang Buku Harry Potter

JK Rowling, penulis serial novel terlaris "Harry Potter," kembali menghadapi tuduhan melakukan plagiarisme. Bersama dengan penerbit "Harry Potter," dia masuk dalam daftar tergugat di pengadilan Kota London atas kasus penjiplakan suatu novel anak-anak yang terbit pada 1987.
Laman harian The Christian Science Monitor, Kamis 18 Februari 2010, mengungkapkan bahwa Rowling dituding menjiplak novel karangan mendiang Adrian Jacobs berjudul "The Adventures of Willy the Wizard: No.1 Livid Land". Menurut penggugat, yaitu perwakilan yang mengurus aset-aset Jacobs (The Jacobs Estate), sebagian ide dari novel itu secara tanpa izin digunakan Rowling untuk bahan seri pertama novel kisah penyihir cilik Harry Potter yang berjudul "Harry Potter and the Goblet of Fire."

Menurut penggugat, Rowling menjiplak sejumlah momen atau tempat yang ditulis dalam novel Jacobs, diantaranya perlombaan penyihir, penjara untuk penyihir, rumah sakit penyihir, dan sekolah penyihir. Oleh karena itu, sebagai penggugat, The Jacobs Estate menuntut ganti rugi sekitar US$1 miliar.


Tadinya, gugatan hanya dilayangkan kepada penerbit Potter, yaitu Bloomsbury Publishing, dan agen Rowling yang dulu menjadi agen bagi Jacobs, Christoppher Little. Tadinya The Jacobs Estate mengira sudah terlambat untuk menggugat Rowling karena novel "Harry Potter and the Goblet of Fire" diterbitakkan pada tahun 2000. Namun, penggugat akhirnya menemukan faktor-faktor yang cukup menguatkan untuk turut menggugat Rowling dalam enam tahun terakhir.

Sementara itu, Rowling menilai bahwa tuduhan atas dirinya sama sekali tidak berdasar dan mengada-ada. Dia pun berencana meminta pengadilan untuk menolak gugatan.

Ini bukan kali pertama Rowling mendapat tuduhan plagiarisme. Penulis novel terkaya di dunia itu pernah digugat di pengadilan pada 2002 oleh seorang penulis asal Amerika, Nancy Stouffer.

Penggugat saat itu menuduh Rowling menjiplak tokoh karangannya, yaitu "Larry Potter" Namun penggugat kalah di pengadilan sehingga tiga tahun kemudian Stouffer mengajukan banding.











Sumber: (vivanews.com)

Kahlil Gibran

*Tentang Kahlil Gibran*
Kahlil Gibran merupakan lambang kesuksesan kaum imigran timur di dunia barat. Keharuman nama Kahlil Gibran hampir semua bangsa menciumnya. Termasuk di Indonesia, Gibran merupakan nama seniman yang melekat di hati anak-anak muda, diketahui oleh orang-orang tua, diakui keindahan karyanya oleh kritikus-kritikus sastra. Karya-karya Gibran yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memenuhi rak buku sastra pada toko-toko buku terkenal di negeri kita.

Ghougassian (dalam Munir, 2005:48) menjelaskan tentang riwayat hidup Kahlil Gibran. Dia memiliki nama lengkap Gibran Kahlil Gibran. Nama ini berasal dari nama arabnya Jubran Kahlil Jubran. Karena orang Amerika sulit mengucapkannya maka nama itu menjadi Kahlil Gibran. Kahlil Gibran lahir di kota Beshari, kota yang terletak di punggung gunung Lebanon pada tanggal 6 Januari 1883. Secara geografis berada dibagian utara Lebanon, tidak jauh dari hutan cemara pada zaman Alkitab, diketinggian lebih dari 5000 kaki, menghadap laut Mediterranian. Kota ini sarat dengan kebun anggur dan apel yang indah, buah-buahan yang besar, air terjun Kadisah dengan jurang yang dalam. Bila kita membaca karya-karya Gibran maka keindahan alam ini seringkali menjadi latar ceritanya.

Gibran berasal dari keluarga yang sederhana. Anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir dari ibu Kamila Rahme putri seorang pendeta Kristen sekte Maronite. Ayahnya Khalil bin Gibran seorang penggembala yang tidak ingin merubah nasibnya menjadi petani. Menurut keterangan Bushrui dan Joe Jenkins seperti yang ditulis Miftahul Munir dalam bukunya Filsafat Kahlil Gibran, Humanisme Teistik Kahlil Gibran sewaktu kecil mempunyai kesenanagan yang berbeda dengan anak-anak sebayanya. Gibran kecil lebih suka menyendiri, merenung dan tidak banyak tertawa. Ia lebih sering mencari kesenangan dengan menikmati keindahan alam, keindahan alam ini dihayatinya dengan penuh arti dalam kekaguman.

Tahun 1895, tepatnya tanggal 25 Juni, keluarga Gibran pindah ke Amerika dan menetap di Boston dengan hidup yang berat. Di rantau yang jauh dari negerinya inilah Gibran memulai kariernya sebagai seniman yang sukses hingga dikenang bertahun-tahun, sampai saat ini.

Bila kita kembali pada pokok pembicaraan kita tentang nuansa religiusitas dalam karya Kahlil Gibran banyak orang yang masih meragukan apa sebenarnya agama yang dianut Kahlil Gibran. Pada suatu waktu, di sebuah Fakultas Sastra seorang mahasiswa bertanya pada saya, “Kahlil Gibran ini agamanya apa?”. Mendengar pertanyaan itu entah bagaimana saya menjawabnya. Saya tahu kawan itu banyak membaca karya-karya Kahlil Gibran, dan karena banyak membaca karya Kahlil Gibran itulah muncul pertanyaan seperti itu.

Bila kita lihat karya-karya Kahlil Gibran memang akan memunculkan kesan ambigu terhadap keyakinan Gibran. Dalam sebuah tulisannya Gibran pernah mengungkapkan bahwa dia menempatkan Yesus di sebelah hatinya, dan Muhammad pada belahan yang lainnya. Apa yang diungkapkan Gibran itu merupakan efek dari proses kreatifnya. Gibran membaca banyak buku karya Nietzsche, Derrida, Sartre, Plato dan tokoh pemikir dunia lainnya, bahkan dia mempelajari Bibel, Kitab suci Al-Quran dan hadist-hadist Nabi Muhammad. Dari pembacaannya inilah kemudian muncul kekagumannya pada dua tokoh agama besar saat ini, Nasrani dan Islam. Maka tak heran kalau kemudian dia menyandingkan Yesus dan Muhammad di hatinya. Hal ini bukan karena dia mencampur adukkan agama, tapi karena keintelektualannya mengambil manfaat dari apa yang dipelajarinya.

Kaitan apa yang disampaikan di atas dengan corak religiusitas lintas agama dalam karya Kahlil Gibran cukup jelas. Gibran menempatkan Tuhan semua manusia sebagai poros aktifitasnya. Kesan religiusitas lintas agama ini terlihat jelas dalam karya-karya Gibran. Ketika kita baca karyanya, maka tak heran bila Kahlil Gibran mengajarkan pada manusia untuk melihat keindahan di dalam ajaran Tuhan. Seperti dalam karyanya yang berjudul Trilogi Hikmah Abadi; Sang Nabi-Taman Sang Nabi-Suara Sang Guru.

“Jadikanlah keindahan sebagai agamamu dan hormatilah ia seperti memuja Tuhanmu, sebab keindahan adalah karya agung Tuhan. Percayalah kepada keindahan ilahiyah sebab itulah pujian awal terhadap kehidupan dan sumber dahaga kebahagiaan. (Gibran, 1999: 57)”

Dalam karyanya ini Kahlil Gibran mengakui sejujurnya bahwa keindahan adalah karya Tuhan. Gibran, sebagaimana yang kita tulis dari awal menempatkan Tuhan sebagai poros kehidupan. Termasuk dalam pemikirannya ini, bahwa semua yang ada di alam bertumpu pada Tuhan. Semua ada karena Tuhan menginginkannya ada.

Selain itu Kahlil Gibran berpikiran bahwa untuk menemukan Tuhan manusia juga harus melihat ciptaan-ciptaan Tuhan. Dalam ciptaan Tuhan itu akan ditemukan kemaha kuasaan Tuhan. Dalam perenungan terhadap alam maka akan bermuara pada kebesaran Tuhan.

“Jika kalian ingin menyaksikan Tuhan maka jangan pernah mengatakan atau menilai sesuatu, sebelum kalian melihat ke sekitarmu karena di situ kalian akan menyaksikan Tuhan sedang bermain bersama anak-anak kalian. Dan kalian lihatlah juga ke angkasa raya, karena Ia bersemayam di antara mega-mega, mengulurkan tangan-Nya dalam kilat yang membahana, lalu turun bersama hujan yang membasuh wajah dunia. Kalian akan melihat-Nya dalam setiap senyuman bunga, lalu membubung tinggi sambil melambaikan tangan-Nya menyalamimu dari puncak pohon cemara. (Gibran, 1999:87)”

Selain terhadap alam, Gibran juga menyihir manusia dengan cinta untuk melihat keagungan Tuhan. Dengan cinta kehidupan akan damai, terbebas dari keangkaran murkaan. Maka manusia yang bebas dari angkara murkalah yang bisa menemukan Tuhan. Karena cinta manusia akan meninggalkan apa saja, karena cinta manusia akan manghadapi segala tantangan yang menghalangi menuju yang dicintainya.

“Cinta membimbingku mendekati- Mu, namun kemudian kegelisahan membawaku menjauhinya. Aku telah meninggalkan pembaringanku, cintaku, karena takut pada hantu kelupaan yang bersembunyi di balik selimut kantuk. Bangun, bangun, cintaku, dan dengarkan aku. Aku mendengar Mu, kekasihku, aku mendnegar panggilanMu dari dalam lautan dan merasakan kelembutan sayap-sayapMu.(Gibran, 1999:72)”


Dari pembicaraan singkat ini, tentu belum akan memuaskan keingin tahuan kita terhadap warna religius dalam karya Kahlil Gibran. Memang membicarakan Kahlil Gibran tidak cukup waktu satu jam atau dua jam, tidak akan cukup empat lembar atau lima lembar kertas kwarto, tapi membicarakan Kahlil Gibran dan karyanya mungkin akan menghabiskan berlipat-lipat waktu dari umurnya dan berlipat-lipat lebih banyak kertas dari karya-karyanya.



Sumber: http://sosbud.kompasiana.com







Novel Andrea Hirata



Novel itu bercerita tentang dia sebagai orang Melayu kampung. ”Itulah buku favorit saya,” ujar anak Belitong yang lahir 24 Oktober, 35 tahun lalu itu.

Belajar dari pengalaman membaca Maryamah Karpov, kita harus melepaskan diri dari bayang-bayang trilogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor ketika membaca dwilogi ini. Begitu kuatnya trilogi tersebut dalam membentuk citra, kesan atau pakem dari karya-karya Andrea Hirata sehingga ketika Maryamah Karpov berada di luar pakem tersebut banyak yang merasa kecewa. Cara terbaik untuk menikmatinya adalah dengan menganggapnya sama seperti novel-novel lain hanya saja kebetulan ditulis oleh Andrea Hirata.

Jangan lupa untuk membaca resensi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas sebelum membelinya.

Berikut adalah gambaran sekilas tentang kedua novel tersebut:

PADANG BULAN menceritakan Enong yang bertekad untuk belajar bahasa Inggris dengan ikut kursus di Tanjong Pandan. Enong tahu, umurnya akan menjadi tantangan paling besar karena dia harus bersaing dengan anak-anak muda.

Sementara itu, Ikal terpukul oleh penolakan ayahnya. Cintanya kepada A Ling sudah bulat, namun ternyata ayahnya menolak mentah-mentah. Sementara, A Ling juga entah di mana. Akibatnya, Ikal merasa otaknya sedikit terganggu dan memutuskan untuk mencari pekerjaan ke Jakarta, menjadi pegawai berseragam yang memiliki uang pensiun seperti yang diinginkan ayah dan ibunya.

Tepat sebelum nakhoda kapal mengangkat sauh, Ikal berubah pikiran. Ada yang belum tuntas ia selesaikan. Ia harus kalahkan Zinar dalam tanding catur!

CINTA DI DALAM GELAS bertutur tentang tugas berat di pundak Ikal. Dia harus membantu Maryamah memenangkan pertandingan catur saat 17 Agustus nanti. Maryamah, yang menyentuh bidak catur saja belum pernah, harus mengalahkan juara catur selama dua tahun berturut-turut yang sekaligus juga mantan suaminya. Namun, lebih dari itu, jenis kelamin Maryamah menjadi tantangan berat untuk bisa mencebur ke dalam pertandingan penuh harkat bagi kaum lelaki ini